PROPOSAL
PENELITIAN
TUGAS AKHIR
ANALISIS KUALITAS BATUBARA DI PT. BUKIT ASAM
(PERSERO), Tbk TANJUNG ENIM
Diajukan Oleh:
ANISA (201131046)
SEKOLAH
TINGGI ILMU TEKNIK PRABUMULIH
JURUSAN
TEKNIK PERTAMBANGAN
2014
IDENTITAS DAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN
TUGAS AKHIR MAHASISWA
1. Judul : Analisis
Kualitas Batubara di
PT. Bukit Asam (PERSERO), Tbk Tanjung Enim
2. Pengusul
a. Nama : ANISA
b. Jenis Kelamin :
Perempuan
c. NIM : 201131046
d. Semester : VI (Enam)
e.
Sekolah
Tinggi : Sekolah
Tinggi Ilmu Teknik Prabumulih
f. Jurusan
: Teknik Pertambangan (D3)
3. Lokasi Penelitian :
PT. Bukit Asam (PERSERO), Tbk Tanjung Enim
Prabumulih, Januari
2014
Pengusul,
Anisa
NIM.201131046
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Sekolah Tinggi Ilmu Teknik,
Ahmad Husni, S.T
a.n.Pimpinan Perusahaan
NIP.
1. JUDUL
Analisis
Kualitas Batubara di PT. Bukit Asam (PERSERO), Tbk Tanjung Enim.
2. PENDAHULUAN
2.1.
Latar
Belakang
Batubara adalah substansi heterogen yang dapat terbakar dan terbentuk dari banyak komponen
yang mempunyai sifat saling berbeda. Batubara dapat didefinisikan sebagai
satuan sedimen yang terbentuk dari dekomposisi tumpukan tanaman selama
kira-kira 300 juta tahun. Dekomposisi tanaman ini terjadi karena proses biologi
dengan mikroba dimana banyak oksigen dalam selulosa diubah menjadi karbondioksida
(CO2) dan air (H2O). Kemudian perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan
tersebut disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk
lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu
berjuta-juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras.
Pola yang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh–tumbuhan hingga menjadi
batubara yaitu dengan terbentuknya karbon.
Kenaikan
kandungan karbon dapat menunjukkan tingkatan batubara, Dimana tingkatan
batubara yang paling tinggi adalah antrasit, sedang tingkatan yang lebih rendah dari antrasit akan lebih banyak mengandung hidrogen dan oksigen. Selain kandungan C, H dan O juga terdapat kandungan lain
yaitu belerang (S), nitrogen (N), dan
kandungan mineral lainnya seperti silica,
alumunium, besi, kalsium dan magnesium yang pada saat pembakaran
batubara akan tertinggal sebagai abu. Karena batubara merupakan bahan galian
fosil padat yang sangat heterogen, maka batubara mempunyai sifat yang berbeda–beda
apabila diperoleh dari lapisan yang berbeda–beda. Bahkan untuk satu lapisan
dapat menunjukkan sifat yang berbeda pada lokasi yang berbeda pula.
2.2.
Batasan
Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian
tugas akhir ini yaitu penulis hanya membatasi pada masalah yang menyangkut
tentang Analisis Kualitas Batubara di PT. Bukit Asam Tanjung Enim.
2.3.
Maksud
dan Tujuan
Maksud
dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas batubara yang ditambang di PT.
Bukit Asam Tanjung Enim.
Tujuan
dari penelitian ini adalah menentukan analisis proksimate dan analisis
ultimate, yang terdapat pada batubara di PT. Bukit Asam Tanjung Enim.
2.4.
Manfaat
Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan
dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagi Peneliti
Sebagai sumber untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat membangun etos kerja
yang baik, serta upaya untuk memperluas wawasan kerja.
2.
Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai tambahan sumber referensi khususnya mengenai analisis kualitas batubara dari
unsu-unsur pengotornya.
3. Bagi Perusahaan
Hasil
analisis dan penelitian
yang dilakukan dapat menjadi
sumber masukan bagi pihak perusahaan,
dalam menentukan kualitas batubara dari material pengotornya.
3. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Pengertian Batubara
Batubara adalah salah satu bahan bakar
fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk
dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki
sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai
bentuk.
Analisis
unsur memberikan rumus formula empiris
seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan
C240H90O4NS untuk antrasit.
Gambar
1
Rumus
Bangun Batubara (USGS, 2012)
Reaksi pembentukan batubara dapat
diperlihatkan sebagai berikut :
5(C6H10O5)
menjadi C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa
lignit gas metana air
2.5.
Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari
tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel
(1981) adalah sebagai berikut:
a.
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium
dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
b.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan
turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari perioda ini.
c.
Pteridofita, umur Devon
Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara berumur Karbon di
Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak
dengan spora dan tumbuh di iklim
hangat.
d.
Gimnospermae, kurun waktu mulai
dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji
terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi.
Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris
dan glossopteris adalah penyusun utama batubara Permian seperti di
Australia, India dan Afrika.
e.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas
hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina
dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae
sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
2.6.
Ganesa
Batubara
a. Batubara adalah
sedimen (padatan) yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan yang terhumifikasi, berwarna coklat sampai
hitam yang selanjutnya terkena proses fisika dan kimia yang berlangsung selama
jutaan tahun hingga mengakibatkan pengkayaan kandungan C (Wolf, 1984 dalam
Anggayana 2002).
b. Cook (1999)
menerangkan bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan yang terakumulasi menjadi
gambut yang kemudian tertimbun oleh
sedimen, setelah pengendapan terjadi peningkatan temperatur dan tekanan yang
nantinya mengontrol kualitas batubara.
c. Pembentukan
tanaman menjadi gambut dan batubara melalui dua tahap, yaitu tahap diagenesa
gambut (peatilification) dan tahap pembatubaraan (coalification).
Tahap diagenesa gambut disebut juga dengan tahap biokimia dengan melibatkan
perubahan kimia dan mikroba, sedangkan tahap pembatubaraan disebut juga dengan
tahap geokimia atau tahap fisika-kimia yang melibatkan perubahan kimia dan
fisika serta batubara dari lignit
sampai antrasit (Cook, 1982).
d.
Ditinjau dari cara terbentuknya, batubara dapat dibedakan
menjadi batubara ditempat (insitu) dan batubara yang bersifat apungan (drift).
Batubara ditempat terbentuk di tempat tumbuhan itu terbentuk, mengalami proses dekomposisi dan tertimbun dalam waktu
yang cepat, batubara ini dicirikan dengan adanya bekas–bekas akar pada seat
earth serta memiliki kandungan pengotor yang rendah, sedangkan batubara
apingan terbentuk dari timbunan material tanaman yang telah mengalami
perpindahan selanjutnya terdekomposisi dan tertimbun, pada batubara ini tidak
dijumpai bekas-bekas akar pada seat earth dan memiliki kandungan
pengotor yang tinggi.
e.
Diessel (1992, dalam Mendra, 2008) menyatakan enam
parameter yang mengendalikan pembentukan endapan batubara, yaitu: adanya sumber
vegetasi, posisi muka air tanah,
penurunan yang terjadi dengan pengendapan, penurununan yang terjadi setelah
pengendapan, kendali lingkungan geoteknik
endapan batubara dan lingkungan pengendapan terbentuknya batubara.
Gambar 2
Proses
Terbentuknya Batubara
Pembentukan batubara dimulai sejak periode
pembentukan Karbon (Carboniferous Periode)–dikenal
sebagai zaman batubara pertama–yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta
tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu
dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’. Proses awalnya,
endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat),
yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara.
Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing–masing unsur yang terdapat
dalam setiap tahapan pembatubaraan.
Tabel I
Contoh Analisis Batubara (daf based)
2.7. Sifat
Umum Batubara
Batubara termasuk salah satu
bahan bakar untuk pembangkit energi selain gas bumi dan minyak bumi. Batubara
merupakan bahan padat yang heterogen
dan terdapat dialam, dengan peringkat yang bervariasi, yaitu lignit, sub-bituminus, bituminous dan
antrasit.
Sifat umum batubara sesuai peringkat menurut
Mc. Milan Morgan dan Murray
1. Sifat batubara jenis antrasit, dengan ciri-ciri:
a.
Berwarna hitam mengkilat dan kompak
b.
Kandungan air sangat rendah
c.
Kandungan sulfur sangat rendah
d.
Kandungan abu (Ash) sangat
rendah
e. Nilai
kalori sangat tinggi, dengan kandungan kadar karbon sangat tinggi lebih dari
90%.
2. Sifat batubara jenis sub-bituminus dan bituminous
dengan ciri-ciri:
a.
Warna hitam mengkilat dan tidak kompak atau kurang kompak
b.
Kadar zat terbang (volatile matter)
30%-40% dan mudah teroksidasi
c.
Kandungan sulfur rendah
d.
Kandungan air rendah
e.
Kandungan abu rendah
f.
Nilai kalori tinggi
g.
Mudah terbakar dengan nyala api kuning
h.
Berat jenis relatif dingin
3. Sifat batubara jenis lignit (brown coal),
dengan ciri-ciri:
a.
Warna hitam kecoklatan sangat rapuh atau sangat rendah
b.
Nilai karbon rendah serta kandungan karbonya sedikit
c.
Kandungan air tinggi
d.
Kandungan abu banyak
e.
Kandungan sulfur banyak
f. Volatil matter tinggi
4. Sifat
batubara jenis peat (gambut)
merupakan peringkat rendah dengan ciri-ciri:
a.
Kandungan air tinggi walaupun sudah dilakukan pengeringan
b.
Nilai kalorinya rendah
c.
Kandungan zat terbang (Volatil
matter) tinggi
d.
Mempunyai kadar karbon yang sangat rendah
e.
Nyalanya berasap
3.5. Kualitas Batubara
Kualitas batubara ditentukan dengan
analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Analisa Proksimat
Yaitu analisa yang digunakan untuk memberikan data mengenai batubara,
antara lain pengukuran kandungan moisture,
kandungan abu (Ash), zat terbang (volatil matter) dan Carbon I
(fixed carbon).
2. Analisa Ultimate
Yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui komponen pembentuk
batubara, terutama untuk parameter atau unsur karbon (C), Hidrogen (H), Sulfur (S),
Nitrogen (N) serta kandungan Oksigen (O) dari batubara terebut.
Kualitas batubara diperlukan untuk
menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain
dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian.
Semakin tinggi kualitas batubara, maka
kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen
dan oksigen akan berkurang. Batubara
bermutu rendah, seperti lignite dan sub-bituminous,
memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.
2.8. Klasifikasi Batubara
Ada 3 macam Klasifikasi yang dikenal untuk
dapat memperoleh beda variasi kelas/mutu dari batubara yaitu:
1.
Klasifikasi
Menurut ASTM
Klasifikasi ini dikembangkan di Amerika oleh Bureau of Mines yang akhirnya dikenal dengan Klasifikasi menurut
ASTM (America Society for Testing and Material). Klasifikasi ini
berdasarkan rank dari batubara itu atau berdasarkan derajat metamorphism nya atau perubahan selama
proses coalifikasi (mulai dari lignit hingga antrasit). Untuk menentukan rank
batubara diperlukan data fixed carbon
(dmmf), volatile matter (dmmf) dan
nilai kalor dalam Btu/lb dengan basis mmmf (moist, mmf)
2. Klasifikasi Menurut Natioal Coal Board (NCB)
Klasifikasi ini dikembangkan di Eropa pada
tahun 1946 oleh suatu organisasi Fuel Research dari departemen of Scientific and Industrial Research di Inggris. Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara, dengan menggunakan parameter volatile matter (dry, mineral
matter free) dan cooking power
yang ditentukan oleh pengujian Gray King.
3. Klasifikasi Menurut International
Klasifikasi ini dikembangkan oleh Economic Commision for Europe pada tahun
1956 Klasifikasi ini dibagi atas dua bagian yaitu:
a.
Hard Coal
Di definisikan untuk batubara dengan gross
calorific value lebih besar dari 10.260 Btu/lb atau 5.700 Kcal/kg (moist ash free). International System dari hard
coal dibagi atas 10 kelas menurut kandungan VM (daf). Kelas 0 sampai 5 mempunyai kandungan VM lebih kecil dari 33%
dan kelas 6 sampai 9 dibedakan atas nilai kalornya (mmaf) dengan kandungan VM
lebih dari 33%. Masing-masing kelas dibagi atas 4 group (0-3) menurut sifat cracking nya dintentukan dari “Free Swelling Index” dan “Roga Index”. Masing group ini dibagi
lagi atas sub group berdasarkan tipe dari coke
yang diperoleh pengujian Gray King
dan Audibert-Arnu dilatometer test. Jadi, pada International klasifikasi ini akan
terdapat 3 angka, angka pertama menunjukkan kelas, angka kedua menunjukkan
group dan angka ketiga menunjukkan sub-group.
b. Brown
Coal
International klasifikasi dari Brown coal dan lignit
dibagi atas parameternya yaitu total moisture dan low temperature Tar Yield (daf).
4.
METODELOGI PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan pada saat pengumpulan data yaitu dengan menggunakan metode:
1.
Metode Pustaka
Metode Pustaka yaitu metode pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku literatur
yang ada hubunganya dengan masalah pembahasan dalam menyusun proposal tugas
akhir ini.
2.
Metode Lapangan
Metode Lapangan yaitu suatu metode
penelitian lapangan dengan tujuan mendapatkan data-data yang diperlukan untuk
menyusun proposal tugas akhir ini. Metode yang digunakan penulis adalah:
a.
Metode Observasi
Metode
Observasi yyaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan peninjauan langsung
terhadap objek penelitian, sehingga mendapatkan data yang relevan.
b.
Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu teknik
memperoleh data dengan tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan
pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
5. ALOKASI WAKTU
KEGIATAN PENELITIAN
Rencana pelaksanaan
penelitian ini adalah selama ± 2 (dua) bulan, yaitu mulai 1 Maret 2014 sampai
dengan 30 April 2014.
No
|
Kegiatan
|
Jadwal pelaksanaan
|
|||||||
Minggu
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Administrasi dan orientasi lapangan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengumpulan referensi dan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengolahan data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Konsultasi dan bimbingan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Penyusunan dan
pengumpulan draft laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tabel I
JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
6. DAFTAR PUSTAKA
Bukin Daulay, Dr.,MSc., Geologi
dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang Teknologi
Mineral dan Batubara, Bandung, 2001.
Sukandarrumidi, Batubara dan Gambut, Gadjah Mada Univ. Press,
1995.
Chairul Nas, Estimasi
Cadangan Mineral, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan, Bandung, 1994.
Pengujian Kualitas Batubara. PT. Bukit Asam(Persero), Tbk: Tanjung EnimFirmansyah, M. 2009
Kontrol Kualitas Batubara. PT. Bukit
Asam (Persero) Tbk,Tanjung Enim.Hadi,
Anwar. 2007.
Yusgiantoro,
P, 2006. Peran Strategis Gasifikasi Batubara Untuk Memperkuat Ketahanan Energi
Nasional, Paparan Seminar Gasifikasi Batubara Peringkat
Rendah, Jakarta, Mei 2006.
7.
LAMPIRAN
Bagan Alir Penelitian